Friday, December 1, 2017

tugas makalah MENGANALISIS HASIL TES



MENGANALISIS HASIL TES

MAKALAH
Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah Evaluasi Pendidikan
Dosen Pengampu : Devita Zuliati M.P.di


Disusun oleh:
Aneng fitriyah (15.11.00019)



PROGRAM  STUDI PENDIDIKAN BAHASA ARAB
FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT PESANTREN MATHALI’UL FALAH
PATI
2017


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belajar
Pendidikan merupakan salah satu sarana peningkat kualitas hidup manusia. Lembaga pendidikan, sekolah misalnya memegang peranan yang cukup penting dalam proses pendidikan. Guru sebagai pelaksana pendidikan juga berperan sebagai pendidik sekaligus fasilitator yang mengarahkan siswanya untuk mencapai tujuan pendidikan.
Untuk mencapai tujuan pendidikan, seorang guru harus mengadakan evaluasi. Dengan evaluasi, maka maju dan mundurnya kualitas pendidikan dapat diketahui, dan dengan evaluasi pula, kita dapat mengetahui titik kelemahan serta mudah mencari jalan keluar untuk berubah menjadi lebih baik ke depan Evaluasi pada dasarnya sebagai dasar keputusan, menyusun kebijakan, maupun progam selanjutnya, keputusan apakah akan dilanjutkan, diperbaiki atau dihentikan.
Pembahasan kali ini akan mengupas bagaimana menganalisis hasil tes,seorang guru harus menilai tes yang dibuat sendiri dan bagaimana seorang guru bisa menganalisis butir-butir soal yang akan di ujikan kepada peserta didiknya.
Untuk memperjelas pembahasan makalah ini akan mengupas lebih banyak tentang menganalisis hasil tes.


B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimana menilai tes yang dibuat sendiri ?
2.      Bagaimana analisis butir soal ( Item Analysis ) ?








BAB II

PEMBAHASAN

A.    Menilai tes yang dibuat sendiri
Tes buatan guru adalah tes yang dibuat seorang guru untuk merumuskan bahan dan tujuan khusus untuk kelasnya sendiri dan masih dalam ruang lingkup sekolah tempat dia mengajar.
Tidak ada usaha guru yang lebih baik selain usaha untuk selalu meningkatkan mutu tes yang disusun. Guru yang berpengalaman mengajar dan menyusun soal-soal tes yang akan diberikan kepada siswa juga masih sukar menyadari bahwa tesnya masih belum sempurna. Oleh karena itu, cara yang baik adalah secara jujur melihat hasil tes yang diperoleh oleh siswa. Apabila keadaan setelah hasil tes dianalisis tidak seperti yang diharapkan dalam kurva normal, maka tentu ada apa-apa dengan tesnya.
Apabila hampir seluruh siswa memperoleh skor jelek, berarti bhwa tes yang disusun mungkin terlalu sukar. Sebaliknya jika seluruh siswa memperoleh skor baik, dapat diartikan bahwa tesnya terlalu mudah. Tentu saja interprestasi terhadap soal tes akan lain seandainya tes itu sudah disusun sebai-baiknya sehingga memenuhi persyaratan sebagai tes. Dengan demikian maka apabila kita memperoleh keterangan tentang hasil tes, akan membantu kita dalam mengadakan penilaian secara objektif terhadap tes yang kita susun.[1]

Ø  Cara untuk menilai tes
1.      Cara pertama meneliti secara jujur soal-soal yang telah disusun, kadang-kadang dapat diperoleh jawaban ketidak jelasan perintah dan bahasa, taraf kesukaran, dan keadaan soal yang lainnya.
2.      Cara kedua adalah menga dakan analisis soal. Analisis soal adalah suatu prosedur yang sistematis, yang akan memberikan informasi-informasi yang sangat khusus terhadap butir tes yang kita susun.
3.      Cara ketiga adalah mengadakan checking validitas. Validitas yang paling penting dari tes buatan guru adalah validitas kurikuler. Untuk mengadakan checking validitas kurikuler, kita harus merumuskan tujuan setiap bagian pelajaran secara khusus dan jelas sehingga setiap soal dapat kita jodohkan dengan setiap tujuan khusus tersebut.
4.      Cara keempat adalah mengadakan checking reliabilitas.
Salah satu indikator untuk tes yang mempunyai reliabilitas yang tinggi adalah bahwa kebanyakan dari soal-soal tes itu mempunyai daya pembeda yang tinggi.[2]

B.     Analisis Butir Soal ( Item Analysis)
Menurut thomdike dan hagen analisis terhadap soal-soal (items) tes yang telah dijawab oleh murid  mempunyai dua tujuan yang penting.
                        Pertama, jawaban-jawaban soal itu merupakan informasi diagnostik untuk meneliti pelajaran dari kelas itu dan kegagalan-kegagalan belajarnya, serta selanjutnya untuk membimbing ke arah cara balajar yang baik.
Kedua, jawaban-jawaban terhadap soal-soal yang terpisah dan perbaikan (review) soal-soal yang didasarkan atas jawaban-jawaban itu merupakan basis bagi penyiapan tes-tes yang lebih baik untuk tahun berikutnya.[3]
Jadi, tujuan khusus dari analisis soal tes ialah untuk mengadakan identifikasi soal-soal yang baik, kurang baik, dan soal yang jelek. Dengan menganalisis soal dapat diperoleh informasi tentang kejelekan sebuah soal dan petunjuk untuk mengadakan perbaikan.[4]
Dengan membuat analisis soal sedikitnya kita akan mengetahui tiga hal penting yang dapat diperoleh dari tiap soal, yaitu :
1.      Taraf kesukaran (difficulty level) soal
Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atai tidak terlalu sukar, karna soal yang terlalu mudah tidak akan meransang siswa untuk mempertinggi usaha memecahkannya. Sebaliknya soal yang terlalu sukar akan menyebabkan siswa menjdi putus asa dan tidak mempunyai semangat untuk mencoba lagi karena di luar jangkauan. Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atai tidak terlalu sukar, karna soal yang terlalu mudah tidak akan meransang siswa untuk mempertinggi usaha memecahkannya. Sebaliknya soal yang terlalu sukar akan menyebabkan siswa menjdi putus asa dan tidak mempunyai semangat untuk mencoba lagi karena di luar jangkauan.[5]
Untuk menghitung tingkat kesukaran dan daya pembeda tiap soal dari suatu tes kita perlu terlebih dahulu mengelompokkan hasil tes tersebut menjadi tiga kelompok berdasarkan peringkat dari keseluruhan skor yang kita peroleh.
Tiga kelompok yang dimaksud adalah :
a)      Kelompok pandai atau upper group ( 25 % dari peringkat bagian atas )
b)      Kelompok kurang atau lower group ( 25 % dari peringkat bagian bawah )
c)      Kelompok sedang atau middle group ( 25 % dari peringkat bagian tengah )


Menurut ketentuan yang sering diikuti, indeks kesukaran sering diklasifikasikan sebagai berikut :
v  Soal dengan P 0,00 samapi 0,30 adalah soal sukar
v  Soal dengan P 0,30 samapi 0,70 adalah soal sedang
v  Soal dengan P 0,70 samapi 1,00 adalah soal mudah
Untuk menghintung taraf kesukaran soal dari suatu tes menggunakan rumus sebagai berikut :
          Keterangan :
TK =  tingkat kesukaran yang dicari
U  =  jumlah siswa yang termasuk kelompok pandai yang menjawab benar untuk setiap soal
L  =  jumlah siswa yang termasuk kelompok kurang yang menjawab untuk                                        setiap soal
T   =  jumlah siswa dari kelompok pandai dan kelompok kelompok kurang
            Contoh :
                        Misalkan suatu tes yang terdiri atas 40 soal dibagikan kepada 40 siswa, dari tes tersebut tiap – tiap soal kita analisis taraf kesukarannya, mula-mula hasil tes kita susun ke dalam peringkat, kemudian kita ambil 25% ( = 10 lembar jawaban siswa ) kelompok pandai, dan 25% (= 10 lembar jawaban siswa) kolompok kurang. Kemudian kita tabulasikan. Misalkan tabulasi soal no. 1 kita peroleh hasil sebagai berikut: yang menjawab benar dari kelompok pandai = 9 orang siswa dan yang menjawab benar dari kelompok kurang = 4 siswa. Dengan menggunakan rumus diatas nilai TK no. 1 adalah :
Sedangkan dalam bukunya Drs. H. Daryanto, rumus untuk mencari taraf kesukaran atau indeks kesukaran adalah:
Keterangan:
P = Indeks kesukaran
B     =  banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan benar.
JS    =  jumlah seluruh siswa peserta tes.
Contoh:
Jumlah siswa peserta tes dalam suatu kelas ada 40 siswa. Dari 40 siswa tersebut terdapat 12 siswa yang mampu mengerjakan soal no. 1 dengan benar. Maka berapa indeks kesukarannya?



Jawab:
P  =    B   
                    JS
              =    12
                    40
            =   0,30[7]
Bagaimana penafsiran baik atau buruknya suatu soal berdasarkan taraf kesukarannya, akan diuraikan lebih lanjut setelah membicarakan daya pembeda setiap soal.
2.      Daya Pembeda (discriminating power)suatu soal
Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu butir soal dapat membedakan antara siswa yang telah menguasai materi yang ditanyakan dan siswa yang tidak/kurang/belum menguasai materi yang ditanyakan. Angka yang menunjukkan besarnya daya pembeda disebut indeks diskriminasi di singkat D ( d besar ). Seperti indeks kesukaran, indeks diskriminasi berkisar:

-1,00                                         0,00                                         1,00
Daya pembeda                      daya pembeda                         daya pembeda
    negatif                                   rendah                                  tinggi (positif)

bedanya indeks kesukaran dengan indeks diskriminasi terletak pada kalau indeks kesukaran tidak mengenal tanda negatif  tetapi indeks diskriminasi ada tanda negatif. Tanda negatif pada diskriminasi digunakan jika suatu soal “terbalik” menunjukan kualitas testee. Yaitu anak pandai disebut bodoh dan anak bodoh disebut pandai. Daya pembeda suatu soal tes dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :





Keterangan :
DP  = indeks DP atau daya pembeda yang dicari
U, L, dan T sama dengan keterangan yang diberikan pada rumus untuk taraf
 “ kesukaran “

Untuk mendapat gambaran yang lebih jelas bagaimana mencari daya pembeda soal-soal tes yang sekaligus taraf kesukarannya, berikut ini dikemukakan sebuah contoh yang diambil dari hasil tes psikologi di kelas II SPG. Dalam  contoh ini jumlah siswa yang dites adalah 40 orang, sedangkan tes itu terdiri atas 20 soal.

Setelah hasil tes itu diperiksa, kemudian disusun ke dalam peringkat untuk menentukan 25% siswa yang termasuk kelompok pandai(upper group) dan 25% siswa yang termasuk kelompok kurang (lower group).

Kemudian hasil tes dari kedua kelompok itu ditabulasikan dengan menggunakan Format Tabulasi Jawaban Tes, dengan menggunakan hasil tabulasi dalam format dengan mudah kita dapat menghitung taraf kesukaran dan daya pembeda masing-masing soal dengan menggunakan rumus yang telah dikemukakan diatas.










FORMAT ANALISIS SOAL (ITEMS) TES PSIKOLOGI
KELAS : .................................... SPG

No.
Soal
Jumlah Jawaban Benar Upper Group
 (U)
Jumlah Jawaban Benar Lower Group
(L)
Jumlah
(U + L)
Selisih (U – L)
Diff.
Level
(TK)
Disc.
Power
(DP)
Keterangan
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
1
10
8
18
2
0,90
0,20
revisi  
2
9
4
13
5
0,65
0,50
        
3
6
7
13
-1
0,65
-0,10
      revisi
4
10
2
12
8
0,60
0,80
        
5
8
5
13
3
0,65
0,30
        
6
8
6
14
2
0,70
0,20
        
7
9
6
15
3
0,75
0,30
        
8
9
5
14
4
0,70
0,40
        
9
8
3
11
5
0,55
0,50
        
10
10
5
15
5
0,75
0,50
        
11
6
2
8
4
0,40
0,40
        
12
10
3
13
7
0,65
0,70
        
13
7
4
11
3
0,55
0,30
        
14
8
4
12
4
0,60
0,40
        
15
10
2
12
8
0,60
0,80
        
16
9
8
17
1
0,85
0,10
revisi   
17
7
7
14
0
0,70
0
       revisi
18
10
8
18
2
0,90
0,20
revisi   
19
10
7
17
3
0,85
0,30
revisi   
20
10
7
17
3
0,85
0,30
        



Keterangan :
Dengan menggunakan rumus perhitungan taraf kesukaran dan rumus perhitungan daya pembeda maka untuk item no. 1 misalnya dapat diketahui :

Taraf kesukaran :
Daya pembeda :
Demikian juga halnya untuk item no. 2 sampai dengan no. 20.

3.      Pola jawaban soal
Pola yang dimaksud pola jawaban disini adalah distribusi testee dalam hal menentukan pilihan jawaban pada soal bentuk pilihan ganda. Pola jawaban soal soal diperoleh dengan menghitung banyaknya testee yang memilih pilihan jawaban a, b, c, atau d atau yang tidak memilih pilihan manapun (blangko). Dalam istilah evaluasi disebut omit, disingkat O.
Dari pola jawaban soal dapat ditentukan apakah pengecoh (discraktor) berfungsi sebagai pengecoh dengan baik atau tidak. Pengecoh yang tidak dipilih sama sekali oleh testee berarti bahwa pengecoh itu jelek, terlalu mencolok menyesatkan. Sebaliknya sebuah distraktor ( pengecoh ) dapat dikatakan berfungsi dengan baik apabila distraktor tersebut mempunyai daya tarik yang besar bagi pengikut-pengikut tes yang kurang memahami konsep atau kurang menguasai bahan.
Dengan melihat pola jawaban soal, dapat diketahui :
a)      Taraf kesukaran soal
b)      Daya pembeda soal
c)      Baik dan tidaknya distraktor
Sesuatu distraktor dapat diperlakukan dengan 3 cara:
1)      Diterima, karena sudah baik
2)      Ditolak, karena tidak baik
3)      Ditulis kembali, karena kurang baik
Kekurangannya mungkin terletak pada rumusan kalimatnya sehingga hanya perlu ditulis kembali, dengan perubahan seperlunnya.
Menulis soal adalah suatu pekerjaan yang sulit, sehingga apabila masih bisa diperbaiki sebaiknya diperbaiki saja, tidak dibuang.
Suatu distraktor dapat dikatakan berfungsi dengan baik jika paling sedikit dipilih oleh 5% pengikut tes
v  Contoh perhitungan
Dari analisis sebuah item polanya diketahui sebagai berikut :
Pilihan Jawaban
a
B
c*
d
o
Jumlah
Kelompok Atas
5
7
15
3
0
30
Kelompok Bawah
8
8
6
5
3
30
Jumlah
13
15
21
9
3
60
c, diberi tanda (*) adalah kunci jawaban
dari pola jawaban soal ini dapat dicari :
a.      
b.       
 
c.       Distraktor : semua distraktornya sudah berfungsi dengan baik karena sudah dipilih oleh lebih dari 5% pengikut tes.
d.      Dilihat dari segi omit (kolom pilihan paling kanan) adalah baik. Sebuah item dikatakan baik dikatakan baik jika omitnya tidak lebih dari 10% pengikut tes. (5% dari pengikut tes = 5% ×60 orang = 3 orang)
Sebenarnya ketentuan ini hanya berlaku pada tes pilihan ganda sengan 5 alternatif dan P = 0,80 . tetapi demi praktisnya diperlakukan untuk semua.[8]



4.      Kriteria untuk menetukan soal yang baik dan tidak baik
Untuk menentukan apakah suatu soal dikatakan baik atau tidak baik sehingga perlu direvisi, digunakan kriteria sebagai berikut :
a.       Untuk soal yang berbentuk benar-salah (true-false)
v  Jika tingkat kesukarannya sama atau lebih kecil dari 0,16, dikategorikan soal yang sukar.
v  Jika tingkat kesukarannya sama atau lebih besar dari 0,85, dikategorikan soal yang mudah.
b.      Untuk soal yang berbentuk pilihan ganda (multiple choice)
v  Untuk pilihan ganda  dengan option 3, jika tingkat kesukarannya sama atau lebih kecil dari 0,21, dikategorikan soal yang sukar, sedangkan jika tingkat kesukarannya sama atau lebih besar dari 0,79, dikategorikan soal yang mudah.
v  Untuk pilihan ganda dengan option 4, jika tingkat kesukarannya sama atau lebih kecil dari 0,24, dikategorikan soal yang sukar, sedangkan jika tingkat kesukarannya sama atau lebih besar dari 0,76, dikategorikan soal yang mudah.
c.       Jika soal pembeda soal itu adalah 0 (nol) atau negatif (minus), maka soal itu perlu direvisi / diperbaiki.
Dengan melihat kriteria tersebut dapat disimpulkan makin tinggi nilai TK suatu soal maka makin mudah soal tersebut, dan makin rendah nilai TK maka makin sukar suatu soal tersebut. Tingkat kesukaran suatu soal dikatakan baik jika nilai TK yang diperoleh dari soal tersebut sekitar 0,50 atau 50%.
Umumnya dapat dikatakan soal-soal yang mempunyai nilai ≤ 0,10 adalah soal-soal yang sukar, dan soal-soal yang mempunyai nilai ≥ 0,90 adalah soal-soal yang terlampau mudah.[9]






BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Tes buatan guru adalah tes yang dibuat seorang guru untuk merumuskan bahan dan tujuan khusus untuk kelasnya sendiri dan masih dalam ruang lingkup sekolah tempat dia mengajar. Cara untuk menilai tes yaitu : cara pertama meneliti secara jujur soal-soal yang telah disusun, cara kedua adalah menga    dakan analisis soal, cara ketiga adalah mengadakan checking validitas, cara keempat adalah mengadakan checking reliabilitas. Pada analisis item ada dua yang harus dianalisis yaitu taraf kesukaran dan daya pembeda.






DAFTAR PUSTAKA

Arikunto Suharsimi Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan.Jakarta : Bumi Aksara . 2006

Muly adi. Evaluasi Pendidikan. Malang : Maliki Press . 2010

Purwanto Ngalim. Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pangajaran.Bandung : PT Remaja Rosdakarya.2010






[1] http://dewit-barces.blogspot.co.id/2014/08/menganalisis-hasil-tes.html diakses pada tanggal 11 November 2017 pukul 15.41
[2] Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta : Bumi Aksara , 2006) hlm. 205-206
[3] Mulyadi, Evaluasi Pendidikan, ( Malang : Maliki Press , 2010 ) hlm. 109
[4] Suharmisi...hlm 207
[5] Ibid
[6] Ngalim Purwanton, Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pangajaran, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya,2010),hlm. 119-120
[7] http://riskangeblog.blogspot.co.id/2015/05/analisis-butir-soal.html diakses pada tanggal 29 November 2017 pukul 15.08
[8] Suharsimi Arikunto, dasar-dasar....hlm. 219-221
[9] Ngalim Purwanton, Prinsip-prinsip.....hlm. 120-124

No comments:

Post a Comment