ANALISIS KURIKULUM BAHASA ARAB
MI DAN MTS
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Mata
pelajaran bahasa Arab merupakan salah satu materi bahasa asing yang
keberadaannya cukup diminati di Indonesia. Materi ini diajarkan di beberapa
sekolah yang berbau keagamaan atau lebih tepatnya lembaga berbasis Islam.
Walaupun demikian, kurikulum yang dipakai acuan terkadang tidak sesuai dengan kebutuhan, apalagi jika konteksnya bagi pemula dalam mempelajarai bahasa Arab (misalnya siswa Madrasah Ibtidaiyah dan Tsnawiyah). Hingga akhirnya mereka merasa bosan dan tidak menyukai pelajaran ini. keadaan ini diperparah lagi jika penyususn kurikulum adalah pihak yang bukan dari latar belakang pendidikan bahasa Arab, karena kurang mengerti takaran dan kondisi pembelajar/pembelajaran bahasa kedua.
Walaupun demikian, kurikulum yang dipakai acuan terkadang tidak sesuai dengan kebutuhan, apalagi jika konteksnya bagi pemula dalam mempelajarai bahasa Arab (misalnya siswa Madrasah Ibtidaiyah dan Tsnawiyah). Hingga akhirnya mereka merasa bosan dan tidak menyukai pelajaran ini. keadaan ini diperparah lagi jika penyususn kurikulum adalah pihak yang bukan dari latar belakang pendidikan bahasa Arab, karena kurang mengerti takaran dan kondisi pembelajar/pembelajaran bahasa kedua.
Untuk
itu diperlukan
analisis/pengkajian kembali mengenai kurikulum bahasa Arab. Kegiatan belajar
bahasa Arab bukanlah semata kegiatan mempelajari kosa kata atau tata bahasa,
tetapi lebih jauh itu merupakan kegiatn yang mengintegrasikan nilai-nilai agama
yang juga disesuaikan dengan tingkat perkembangan siswa.
Tulisan
ini akan mengkaji kembali kurikulum bahasa Arab madrasah Ibtidaiyah dan Tsanawiyah
sebagai siswa pemula dalam pembelajaran bahasa Arab. Analisis ini meliputi
metode, tujuan, materi, media, dan evaluasi. Kurikulum yang dikaji adalah
kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) sebagai kurikulum yang kembali
diberlakukan dalam kegiatan pendidikan sekarang ini.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan
paparan di atas, masalah dalam makalah ini akan dibatasi dalam rumusan masalah
sebagai berikut:
1. Bagaimanakah
deskripsi kurikulum KTSP?
2. Bagaimanakah
deskripsi kurikulum bahasa Arab?
3. Bagaimanakah
analisis kurikulum Bahasa Arab Madrasah Ibtidaiyah dan Madrasah Tsanawiyah
ditinjau dari segi metode, tujuan, materi, media, evaluasinya?
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Deskripsi Kurikulum Bahassa Arab KTSP
KTSP
merupakan singkatan dari Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan yang dikembangkan
sesuai dengan satuan pendidikan, potensi sekolah/daerah, karakteristik
sekolah/daerah, sosial budaya masyarakat setempat, dan karakteristik peserta
didik[1].
Sekolah dan komite sekolah, atau madrasah dan komite madrasah, mengembangkan
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dan silabus berdasarkan kerangka dasar
kurikulum dan standar kompetensi lulusan, di bawah supervisi dinas
kabupaten/kota yang bertanggungjawab di bidang pendidikan di SD, SMP, SMA, dan
SMK, serta Departemen yang menangani urusan pemerintahan di bidang agama untuk
MI, MTS, MA, dan MAK.[2]
Jadi pada intinya, KTSP adalah kurikulum
yang disusun dan dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan.
Muncul
sekitar tahun 2006, kurikulum ini merupakan penyempurna dari kurikulum
sebelumnya (KBK) agar lebih familiar dan akrab dengan guru karena mereka
dilibatkan dalam harapan mengembangkan kurikulum yang diimplementasikan di
satuan pendidikan masing-masing. Sebelumnya, adalah kurikulum KBK (Kurikulum
Berbasis Kompetensi), di mana pengembangan kemampuan
melakukan (kompetensi) tugas-tugas dengan standar performansi tertentu
ditekankan.
KTSP
dikembangkan berdasarkan prinsip-prinsip (1) berpusat pada potensi,
perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik dan lingkungannya; (2)
beragam dan terpadu; (3) tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan,
teknologi dan seni; (4) relevan dengan kebutuhan kehidupan, menyeluruh dan
berkesinambungan; (5) belajar sepanjang hayat; dan (6) seimbang antara
kepentingan nasional dan kepentingan daerah. Komponen KTSP ada empat, yaitu (1)
tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan, (2) struktur dan muatan KTSP; (3)
kalender pendidikan; dan (4) silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)[3].
Secara
umum, tujuan pendidikan yang disistem dengan kurikulum ini mengacu pada tujuan
umum pendidikan sebagai berikut:
·
Tujuan
pendidikan dasar adalah meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan, kepribadian,
akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan
lebih lanjut.
·
Tujuan
pendidikan menengah adalah meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian,
akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan
lebih lanjut.
·
Tujuan
pendidikan menengah kejuruan adalah meningkatkan kecerdasan, pengetahuan,
kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti
pendidikan lebih lanjut sesuai dengan kejuruannya.[4]
Memang,
jika dilihat tujuan ini hanya sekedar mengganti kata-kata awalnya dari
meletakkan dasar sampai meningkatkan dan sesuai dengan kejuruannya bagi SMK
akan tetapi mempunyai makna yang bila itu diwujudkan memberi pengaruh besar
bagi pendidik maupun peserta didiknya.
Model
pembelajaran yang dipakai dalam kurikulum ini variatif. Beberapa di anataranya
adalah model konstruktivisme di mana menganggap bahwa semua peserta didik mulai
dari usia kanak-kanak sampai dengan perguruan tinggi memiliki gagasan atau
pengetahuan tentang lingkungan dan peristiwa (gejala) yang terjadi di
lingkungan sekitarnya. Selanjutnya adalah model CTL (Contextual Teaching and
Learning), merupakan model pembelajaran yang mengaitkan antara materi
pembelajaran drngan situasi dunia nyata yaang berkembang dan terjadi di
lingkungan sekitar peserta didik sehingga dia mampu menghubungkan dan
menerapkan kompetensi hasil belajar dengan kehidupan sehari-hari mereka.
Pembelajaran dengan cara seperti ini memumgkinkan proses belajar yang tenang
dan menyenangkan.[5]
Adapun model lain yang bisa dipakai adalah model PAKEM (Pembelajaran Aktif,
Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan), dan Model Tematik.[6]
Bahasa
Arab sendiri masuk dalam kelompok mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI).
Jadi kurikulumnya pun sedikit terintegrasi dengan kurikulum PAI. Standar
kompetensi bahan kajian terdiri atas empat keterampilan, yakni menyimak,
berbicara, membaca,
dan menulis. Biasanya ini disebut dengan maharah (keterampilan). Dalam
ruang lingkup, disebutkan bahwa untuk MI kosakata yang perlu dikuasai secara
kumulatif berjumlah 300 kosakata dan ungkapan/idiom yang komunikatif dan tinggi
frekuensi pemakaiannya dalam kehidupan sehari-hari peserta didik, baik di
lingkungan madrasah maupun di rumah.[7]
Pada
jenjang Tsanawiyah, kosakata yang perlu dikuasai secara kumulatif berjumlah
sekitar 700 kata dan ungkapan/idiom, dengan rincian 100 kata pada masing-masing
semester pada kelas VII, 250 kosakata pada masing-masing kelas VIII dan IX. 700
kosa kata bersifat komunikatif dan tinggi frekuensi pemakaiannya dalam
kehidupan sehari-hari peserta didik yang berkenaan dengan lingkungan madrasah
dan rumah serta yang berhubungan dengan aqidah, ibadah, dan akhlaq.[8]
Sedangkan
tema materinya beragam. Kelas IV Perkenalan (1), peralatan sekolah, perkenalan
(2), beberapa barang di sekolah, profesi, memperkenalkan diri, keluarga teman,
memperkenalkan keluarga dan alamat 9 tema @ 10 kosakata = 90 kosakata, Kelas V
Di dalam kelas, taman rumah, ruang keluarga, di dalam kelas, perpustakaan
sekolah, taman kota, toko buku, ruang belajar, anggota badan, dan menjenguk
orang sakit 10 tema @ 10 kosakata = 100 kosakata, Kelas VI Berbicara, apa yang
kamu inginkan, kamu mengerjakan apa, perintah, nomor, pekerjaan rumah, kapan
kamu mengerjakannya? jam berapa? 8 tema @ 11 kosakata = 88 kosakata.[9]
Dalam MTS, Kelas VII Perkenalan (1), perkenalan (2),
peralatan sekolah, memperkenalkan keluarga, kelas, di kantor, di perpustakaan,
di rumah, di taman, perintah, alamat 11 tema @ 20 kosakata = 220 kosakata.
Kelas VIII Jam berapa? Belajar bahasa Arab, kegiatan sehari-hari, pergi ke
sekolah, bagaimana kita berwudlu, bagaimana kita sholat, kita belajar hitung,
perpustakaan sekolah, sepak bola, profesi 10 tema @ 25 kosakata = 250 kosakata
Kelas IX Peringatan Maulid Nabi saw, puasa Ramadlon, Idul Fitri, acara
perayaan, bulan-bulan Qomariyah, Pencipta alam, zakat, haji, sekolah
kita 9 tema @ 25 kosakata = 225 kosakata.
Keterangan tersebut menunjukkan tiga hal; pertama
Dalam Kurikulum MI disebutkan siswa MI diharapkan menguasai 300 kosakata dan
ungkapan/idiom yang komunikatif dan tinggi frekuensi pemakaiannya dalam
kehidupan sehari-hari peserta didik, baik di lingkungan madrasah maupun di
rumah. Ungkapan penggunaan kata yang komunikatif di sini kurang tepat
karena kata komunikatif hanya berkaitan dengan konteks dan bukan, sekadar
kosakata. Di samping itu, jumlah kosakata sesuai rincian per kelas hanya 278
kosakata. Dengan demikian, dalam KTSP terdapat ketidaksinkronan antara jumlah
dan rincian per kelas.
Kedua, Dalam semua tingkatan pendidikan tersebut, tema
tentang kegiatan sehari-hari selalu disebutkan sehingga kemungkinan besar akan
terjadi tumpang tindih penggunaan kosakata. Sejumlah kosa-kata yang diajarkan
di MI akan terulang di MTs dan MA tanpa adanya penambahan kosakata baru atau
tambahan kosakata baru sangat minim. Dengan demikian, target perolehan sejumlah
kosakata yang perlu dikuasai siswa tidak akan tercapai.
Ketiga, belum ada kejelasan tentang kosakata yang
ditargetkan untuk dikuasai siswa. Apakah jumlah kosakata itu mencakup isim,
fi il, huruf atau hanya isim dan fi il yang dihitung.
Demikian juga isytiqaq (derivasi), apakah semua kata yang berasal dari
akar yang sama dihitung satu kosakata atau tidak.
Jadi, seakan tumpang tindih dan adanya pengulangan
tema yang dipakai. Ini bisa mengindikasikan tiga hal. Pertama, memang sengaja
disusun sebagai penguatan. Kedua, sebagai pendalaman. Ketiga, bisa jadi karena
penyusunnya menilai bahwa penguasaan materi hanya berkisar itu saja.
B.
Kurikulum Bahasa
Arab
Keberhasilan suatu pengajaran bahasa ditentukan oleh
kebaikan dan kemantapan Proses Belajar Mengajar (PBM). Sementara, PBM sendiri
memiliki beberapa faktor penentu keberhassilan yang salah satunya ialah kurikulum.[10] Seperti yang diketahui bahwa ini sama dengan
proses pemerolehan bahasa (pembelajaran bahasa) yang tentunya agak berbeda
penanganannya.
Kurikulum bahasa pada dasarnya merupakan suatu fungsi
dari berbagai hubungan yang terjalin anatra keprihatinan-keprihatinan tokoh
tertentu dan faktor-faktor lainnya yang terlibat dalam persoalan-persoalan
sosio-politis dan filosofis, sistem-sistem nilai pendidikan, teori dan praktik
dalam rancang bangun kurikulum, kearifan pengalaman para pengajar dan motivasi
para pembelajar. Untuk memahami kurikulum bahasa dalam setiap konteks tertentu,
maka kita perlu berupaya memahami bagaimana semua pengaruh yang beraneka ragam
itu saling berkaitan untuk memberikan suatu bentuk tertentu bagi perencanaan
dan pelaksanaan proses pengajaran/pembelajaran.[11]
Rancang bangun kurikulum bahasa dititikberatkan pada
ketiga sistem nilai tersebut, yaitu:[12]
a.
Rancang bangun kurikulum
bahasa dari segi humanistme klasik,
b.
Rancang bangun kurikulum
bahasa dari segi rekonstruksionisme, dan
c.
Rancang bangun kurikulum
bahasa dari segi progresivisme.
Humansime
klasik berorientasi pada ilmu pengetahuan dan sangat menaruh perhatian pada
pemajuan dan peningkatan nilai-nilai dan kultural. Rekonstruksionisme dalam
pembelajaran bahasa asing, penekanan dititikberatkan pada promosi atau peningkatkan kemampuan
berkomunikasi, dan dengan demikian diperoleh suatu pengertian yang lebih baik
dan kesatuan di antara-antara kelompok-kelompok dan bangsa-bangsa. Sementara
progresivisme memandang para pembelajar dilihat sebagai peserta/partisipan
aktif, dan peranan pengajar adalah sebagai pembimbing atau pemberi kemudahan.
Memang
hampir sama, karena pelaksanaan kurikulum bahasa juga ditinjau metode, evaluasi,
materi, media, dan juga tujuan. Akan tetapi ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan. Misalnya kapan mengutamakan struktur, kosa kata, atau konteks.
C.
Analisis Kurikulum Bahasa MI dan MTS
berdasarkan KTSP
Kurikulum
dapat mencakup lingkup yang sangat luas, yaitu sebagai program pengajaran pada
suatu jenjang pendidikan, dan dapat pula menyangkut lingkup yang sempit,
seperti program pengajaran suatu mata pelajaran untuk beberapa jam pelajaran.[13]
Kurikulum diumpamakan suatu organisme manusia yang memiliki sususan anatomi
tertentu. Komponen-komponen dari kurikulum yag utama adalah: tujuan, isi atau
materi, metode, media, dan evaluasi.
Setiap komponen kurikulum tersebut, saling berkaitan.[14]
Kurikulum
ditinjau dari asal katanya berasal dari bahasa Yunani yang mula-mula digunakan
dalam bidang olahraga, yaitu kata currere, yang berarti jarak atau tempuh lari.
Dalam kegiatan berlari tentu saja ada jarak yang harus ditempuh mulai dari
start sampai dengan finish. Jarak dari star sampai ke finish inilah yang
disebut currere.[15]
Pendapat lain
mengatakan bahwa dalam kosa kata Arab, istilah kurikulum dikenal dengan kata
manhaj yang berarti jalan terang yang dilalui oleh manusia pada berbagai
kehidupannnya.[16]
Dalam proses
pendidikan, kurikulum merupakan alat untuk mencapai tujuan pendidikan. Tanpa
kurikulum yang sesuai dan tepat maka akn sulit untuk mencapai tujuan dan
sasaran pendidikan yang diinginkan. Selain itu, kurikulum juga harus bisa
memberikan arahan keahlian kepada peserta didik setelah menyelesaikan suatu
program pengajaran. Oleh karena itu, wajar bila kurikulum selalu berubah dan
berkembang sesuai dengan kemajuan zaman, ilmu pengetahuan dan ilmu teknologi.
Kurikulum
dapat mencakup lingkup yang sangat luas, yaitu sebagai program pengajaran pada
suatu jenjang pendidikan, dan dapat pula menyangkut lingkup yang sempit,
seperti program pengajaran suatu mata pelajaran untuk beberapa jam pelajaran.[17]
Kurikulum diumpamakan suatu organisme manusia yang memiliki sususan anatomi
tertentu. Komponen-komponen dari kurikulum yag utama adalah: tujuan, isi atau
materi, metode, media, dan evaluasi. Setiap
komponenkurikulum tersebut, saling berkaitan.[18]
Mengenai kurikulum bahasa,
selain harus memperhatikan faktor-faktor kependidikan pada umumnya, juga ada
faktor linguistik di dalamnya.
Oleh karenanya, kurikulum bahasa ini dikatakan sebagai kurikulum spesialis yang
spesifik dalam bidang pembelajaran bahasa. Dengan demikian, kurikulum bahasa
sedikit banyak ada
perbedaan dari kurikulum pada umumnya.
Senada dengan
hal tersebut, kurikulum bahasa Arab seharusnya juga berdasarkan pada
pertimbangan ilmu kependidikan sekaligus juga ilmu kebahasaan bahasa Arab yang
melibatkan struktur gramatika bahasa Arab (nahwu dan sharaf). Selain itu, dalam pendidikan bahasa juga tidak dapat terlepas dari
keterampilan-keterampilan berbahasa yang meliputi menyimak, berbicara, menulis,
membaca.
Namun jika melihat penyusunan dan
pengembangan kurikulum bahasa Arab dalam KTSP, akan nampak ketidasesuaian
antara idealnya kurikulum bahasa dan kurikulum bahasa Arab yang diterapkan
dalam KTSP. Dalam KTSP, materi bahasa Arab -baik di jenjang MI maupun
Tsaanawiyyah- justru diintregasikan dengan PAI. Hal ini akan mengurangi
komposisi bahasa Arab itu sendiri dalam pembelajaran, baik dari isimaterinya
maupun jumlah alokasi waktu pengajarannya. Sehingga karenanya, bahasa Arab di
anggap sebagai materi pelengkap yang tidak diindahkan oleh kebanyakan peserta
didik.
Sedangkan dari isi atau bobot materi yang
disajikan, materi bahasa sangat minim dalam menyajikan kosa kata baru. Hal ini
akan lebih terasa jika melihat materi bahasa Arab untuk jentang Tsanawiyyah.
Seringkali kosakata yang disajikan adalah kosakata yang sudah diajarkan di
madrasah Ibtida’iyah, sehingga siswa tidak mendapat tambahan kosakata baru akan
memperkaya kosakatanya. Ini merupakan hal yang cukup memprihatinkan karena
belajar bahasa tanpa wawasan kosakata yang cukup tidak akan berjalan secara
optimal.
Selain kasus minimnya kosakata baru, materi
bahasa Arab dalam KTSP juga kurang dalam memperhatikan struktur. Ini terlihat
nyata saat siswa ditugaskan untuk menyusun suatu kalimat dalam bahasa Arab
dengan struktur yang benar. Mayoritas siswa akan menyusun kalimat dengan sekdar
menjajarkan kosakata tanpa memperhatikan struktur gramatikanya.
Tak hanya itu, dalam proses pembelajarnnya
KTSP lebih menitik beratkan pada pemahaman siswa dan kurang dalam parkteknya.
Pembelajarannya lebih berfokus pada aspek kognisinya dan kurang memperhatikan
aspek afeksi maupun psikomotornya. Padahal bahasa itu bukan hanya tentang pemahaman
tetapi bagaimana penggunaannya dalam kehidupan sehari-hari yang dengannya
menuntut untuk lebih memperbanyak praktek daripada teori.
Di samping itu semua, hal yang tak kalah
penting untuk diberi catatan tentang kurikulum bahasa Arab dalam KTSP ialah
penentuan Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD). Terkadang SK dan
KD yang dimuat dalam buku ajar bahasa Arab tidak sesuai dengan karakteristik
materi. Apalagi dalam pembelajaran bahasa juga terdapat beberapa kemahiran
bahasa yang harus dicapai oleh siswa. Hal ini yang sering dilupakan dalam
penentuan SK dan KD.
Sebagai saran, sebaiknya penyusunan
kurikulum bahasa Arab dikotomikan menjadi materi pelajaran yang mandiri, karena
karakteristik bahasa Arab sama sekali berbeda dengan meteri PAI. Dengan
demikian, penyajian materi dan penentuan standar baik SKL maupun KKM nya
dibedakan. Oleh karenanya, diharapkan disusun oleh pakar atau praktisi
pendidikan bahasa Arab.
BAB III
PENUTUP
D.
Kesimpulan
Dari
penjelasan materi di atas, dapat disimpulkan tiga poin sebagai berikut:
1.
Kurikulum KTSP merupakan suatu kurikulum yang didisain
khusus untuk mengembangkan potensi yang dimiliki oleh siswa yang disesuaikan
dengan kebutuhan serta perkembangan teknologi. Model pembelajaran yang dipakai
sudah lumayan modern di mana sudah diorientasikan kepada bagaimana suasana
belajar dapat berlangsung nyaman, efektif, dan menyenangkan. Setiap satuan
pendidikan diberikan kebebasan untuk mengembangkan kurikulum yang muncul pada
tahun 2006 ini.
2.
Kurikulum bahasa hampir sama dengan kurikulum umum
(konvensional) akan tetapi juga memperhatikan pada kondisi sosio kultural dan
tingkatan pemerolehan peserta didiknya. Jadi dalam perancangannya harus ada
spesifikasi khususnya.
3.
Setelah
dianalisis, perlu adanya perbaikan kurikulum bahasa Arab di tingkat MI dan MTS
baik dalam ranah metode, evaluasi, media, materi, dan tujuannya.
Daftar Pustaka
Departemen Agama RI. 2004. Kurikulum
2004: Standar Kompetensi Madrasah Ibtidaiyah, Jakarta:
Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam.
Departemen Agama RI. 2004. Kurikulum
2004: Standar Kompetensi Madrasah Tsanawiyah. Jakarta: Direktorat Jenderal
Kelembagaan Agama Islam.
Khaeruddin dkk., 2007. Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan (KTSP): Konsep Dan Implementasinya Di Madrasah.Pilar media.
Mulyasa, Eco. 2010. Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan: Sebuah Panduan Praktis.Cet. VII.Bandung: Remaja Rosdakarya.
Muslich, Mansur. 2007. KTSP
(Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan): Dasar Pemahaman Dan Pengemabangan. Jakarta: Bumi Aksara.
Sukmadinata, Nana Syaodih. 2010. Pengembangan Kurikulum Teori dan
Praktek, .Bandung:PT
REMAJA ROSDAKARYA.
Tarigan, Henry Guntur. 2009. Dasar-Dasar
Kurikulum Bahasa, Edisi Revisi, Bandung: Angkasa.
Umi Hijriyah, Analisis
Kurikulum, Penyelarasan Materi, Dan Mode Rpp Bahasa Arab Untuk Pendidikan Dasar
Dan Menengah (Madrsah Ibtidaiyah,
Madrasah Tsanawiyah, Dan Madrasah Aliyah. Pdf. Hlm3.
[1] E. Mulyasa, Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan: Seuah Panduan Praktis, Cet. VII, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2010), hlm. 8.
[2] Ibid, hlm. 8-9.
[3] Mansur Muslich, KTSP (Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan): Dasar Pemahaman Dan Pengemabangan, Jakarta:
Bumi Aksara, 2007), hlm. 11-12.
[4] Ibid, hlm. 13
[5] Khaeruddin dkk., Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP): Konsep Dan Implementasinya Di Madrsah,
(Pilar media, 2007), hlm. 197-200.
[6] Ibid, hlm. 208.
[7] Departemen Agama RI, Kurikulum
2004: Standar Kompetensi Madrasah Ibtidaiyah, Jakarta: Direktorat Jenderal
Kelembagaan Agama Islam, 2004), hlm 142-143.
[8] Departemen Agama RI, Kurikulum
2004: Standar Kompetensi Madrasah Tsanawiyah, (Jakarta: Direktorat Jenderal
Kelembagaan Agama Islam, 2004), hlm. 125.
[9] Umi Hijriyah, analisis
kurikulum, penyelarasan materi, dan mode rpp bahasa arab untuk pendidikan dasar
dan menengah (madrsah ibtidaiyah,
madrasah tsanawiyah, dan madrasah aliyah. Pdf. Hkm3.
[10] Henry guntur
tarigan, dasar-dasar kurikulum bahasa, edisi revisi, (bandung: Angkasa, 2009),
hlm. 3.
[11]Ibid, hlm. 115.
[12] Ibid.
[13] Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan
Kurikulum Teori dan Praktek, (Bandung:PT REMAJA ROSDAKARYA,2010),HAL.102.
[14] Khaeruddin dkk, Kurikulum....hal.29.
[15] Khaeruddin dkk, Kurikulum ….hal.23.
[16] ibid
[17] Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan
Kurikulum Teori dan Praktek, (Bandung:PT REMAJA ROSDAKARYA,2010),HAL.102.
[18] Khaeruddin dkk, Kurikulum....hal.29.
No comments:
Post a Comment