Sunday, April 9, 2017

ANALISIS KURIKULUM BAHASA ARAB MI DAN MTS



ANALISIS KURIKULUM BAHASA ARAB MI DAN MTS
BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Mata pelajaran bahasa Arab merupakan salah satu materi bahasa asing yang keberadaannya cukup diminati di Indonesia. Materi ini diajarkan di beberapa sekolah yang berbau keagamaan atau lebih tepatnya lembaga berbasis Islam.
Walaupun demikian, kurikulum yang dipakai acuan terkadang tidak sesuai dengan kebutuhan, apalagi jika konteksnya bagi pemula dalam mempelajarai bahasa Arab (misalnya siswa Madrasah Ibtidaiyah dan Tsnawiyah). Hingga akhirnya mereka merasa bosan dan tidak menyukai pelajaran ini. keadaan ini diperparah lagi jika penyususn kurikulum adalah pihak yang bukan dari latar belakang pendidikan bahasa Arab, karena kurang mengerti takaran dan kondisi pembelajar/pembelajaran bahasa kedua.
Untuk itu diperlukan analisis/pengkajian kembali mengenai kurikulum bahasa Arab. Kegiatan belajar bahasa Arab bukanlah semata kegiatan mempelajari kosa kata atau tata bahasa, tetapi lebih jauh itu merupakan kegiatn yang mengintegrasikan nilai-nilai agama yang juga disesuaikan dengan tingkat perkembangan siswa.
Tulisan ini akan mengkaji kembali kurikulum bahasa Arab madrasah Ibtidaiyah dan Tsanawiyah sebagai siswa pemula dalam pembelajaran bahasa Arab. Analisis ini meliputi metode, tujuan, materi, media, dan evaluasi. Kurikulum yang dikaji adalah kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) sebagai kurikulum yang kembali diberlakukan dalam kegiatan pendidikan sekarang ini.



B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan paparan di atas, masalah dalam makalah ini akan dibatasi dalam rumusan masalah sebagai berikut:
1.      Bagaimanakah deskripsi kurikulum KTSP?
2.      Bagaimanakah deskripsi kurikulum bahasa Arab?
3.      Bagaimanakah analisis kurikulum Bahasa Arab Madrasah Ibtidaiyah dan Madrasah Tsanawiyah ditinjau dari segi metode, tujuan, materi, media, evaluasinya?















BAB II
PEMBAHASAN
A.    Deskripsi Kurikulum Bahassa Arab KTSP
KTSP merupakan singkatan dari Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan yang dikembangkan sesuai dengan satuan pendidikan, potensi sekolah/daerah, karakteristik sekolah/daerah, sosial budaya masyarakat setempat, dan karakteristik peserta didik[1]. Sekolah dan komite sekolah, atau madrasah dan komite madrasah, mengembangkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dan silabus berdasarkan kerangka dasar kurikulum dan standar kompetensi lulusan, di bawah supervisi dinas kabupaten/kota yang bertanggungjawab di bidang pendidikan di SD, SMP, SMA, dan SMK, serta Departemen yang menangani urusan pemerintahan di bidang agama untuk MI, MTS, MA, dan MAK.[2] Jadi pada intinya, KTSP  adalah kurikulum yang disusun dan dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan.
Muncul sekitar tahun 2006, kurikulum ini merupakan penyempurna dari kurikulum sebelumnya (KBK) agar lebih familiar dan akrab dengan guru karena mereka dilibatkan dalam harapan mengembangkan kurikulum yang diimplementasikan di satuan pendidikan masing-masing. Sebelumnya, adalah kurikulum KBK (Kurikulum Berbasis Kompetensi),  di mana pengembangan kemampuan melakukan (kompetensi) tugas-tugas dengan standar performansi tertentu ditekankan.
KTSP dikembangkan berdasarkan prinsip-prinsip (1) berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik dan lingkungannya; (2) beragam dan terpadu; (3) tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni; (4) relevan dengan kebutuhan kehidupan, menyeluruh dan berkesinambungan; (5) belajar sepanjang hayat; dan (6) seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah. Komponen KTSP ada empat, yaitu (1) tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan, (2) struktur dan muatan KTSP; (3) kalender pendidikan; dan (4) silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)[3].
Secara umum, tujuan pendidikan yang disistem dengan kurikulum ini mengacu pada tujuan umum pendidikan sebagai berikut:
·         Tujuan pendidikan dasar adalah meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut.
·         Tujuan pendidikan menengah adalah meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut.
·         Tujuan pendidikan menengah kejuruan adalah meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut sesuai dengan kejuruannya.[4]
Memang, jika dilihat tujuan ini hanya sekedar mengganti kata-kata awalnya dari meletakkan dasar sampai meningkatkan dan sesuai dengan kejuruannya bagi SMK akan tetapi mempunyai makna yang bila itu diwujudkan memberi pengaruh besar bagi pendidik maupun peserta didiknya.
Model pembelajaran yang dipakai dalam kurikulum ini variatif. Beberapa di anataranya adalah model konstruktivisme di mana menganggap bahwa semua peserta didik mulai dari usia kanak-kanak sampai dengan perguruan tinggi memiliki gagasan atau pengetahuan tentang lingkungan dan peristiwa (gejala) yang terjadi di lingkungan sekitarnya. Selanjutnya adalah model CTL (Contextual Teaching and Learning), merupakan model pembelajaran yang mengaitkan antara materi pembelajaran drngan situasi dunia nyata yaang berkembang dan terjadi di lingkungan sekitar peserta didik sehingga dia mampu menghubungkan dan menerapkan kompetensi hasil belajar dengan kehidupan sehari-hari mereka. Pembelajaran dengan cara seperti ini memumgkinkan proses belajar yang tenang dan menyenangkan.[5] Adapun model lain yang bisa dipakai adalah model PAKEM (Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan), dan Model Tematik.[6]
Bahasa Arab sendiri masuk dalam kelompok mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI). Jadi kurikulumnya pun sedikit terintegrasi dengan kurikulum PAI. Standar kompetensi bahan kajian terdiri atas empat keterampilan, yakni menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Biasanya ini disebut dengan maharah (keterampilan). Dalam ruang lingkup, disebutkan bahwa untuk MI kosakata yang perlu dikuasai secara kumulatif berjumlah 300 kosakata dan ungkapan/idiom yang komunikatif dan tinggi frekuensi pemakaiannya dalam kehidupan sehari-hari peserta didik, baik di lingkungan madrasah maupun di rumah.[7]
Pada jenjang Tsanawiyah, kosakata yang perlu dikuasai secara kumulatif berjumlah sekitar 700 kata dan ungkapan/idiom, dengan rincian 100 kata pada masing-masing semester pada kelas VII, 250 kosakata pada masing-masing kelas VIII dan IX. 700 kosa kata bersifat komunikatif dan tinggi frekuensi pemakaiannya dalam kehidupan sehari-hari peserta didik yang berkenaan dengan lingkungan madrasah dan rumah serta yang berhubungan dengan aqidah, ibadah, dan akhlaq.[8]
Sedangkan tema materinya beragam. Kelas IV Perkenalan (1), peralatan sekolah, perkenalan (2), beberapa barang di sekolah, profesi, memperkenalkan diri, keluarga teman, memperkenalkan keluarga dan alamat 9 tema @ 10 kosakata = 90 kosakata, Kelas V Di dalam kelas, taman rumah, ruang keluarga, di dalam kelas, perpustakaan sekolah, taman kota, toko buku, ruang belajar, anggota badan, dan menjenguk orang sakit 10 tema @ 10 kosakata = 100 kosakata, Kelas VI Berbicara, apa yang kamu inginkan, kamu mengerjakan apa, perintah, nomor, pekerjaan rumah, kapan kamu mengerjakannya? jam berapa? 8 tema @ 11 kosakata = 88 kosakata.[9]
Dalam MTS, Kelas VII Perkenalan (1), perkenalan (2), peralatan sekolah, memperkenalkan keluarga, kelas, di kantor, di perpustakaan, di rumah, di taman, perintah, alamat 11 tema @ 20 kosakata = 220 kosakata. Kelas VIII Jam berapa? Belajar bahasa Arab, kegiatan sehari-hari, pergi ke sekolah, bagaimana kita berwudlu, bagaimana kita sholat, kita belajar hitung, perpustakaan sekolah, sepak bola, profesi 10 tema @ 25 kosakata = 250 kosakata Kelas IX Peringatan Maulid Nabi saw, puasa Ramadlon, Idul Fitri, acara perayaan, bulan-bulan Qomariyah, Pencipta alam, zakat, haji, sekolah kita 9 tema @ 25 kosakata = 225 kosakata.
Keterangan tersebut menunjukkan tiga hal; pertama Dalam Kurikulum MI disebutkan siswa MI diharapkan menguasai 300 kosakata dan ungkapan/idiom yang komunikatif dan tinggi frekuensi pemakaiannya dalam kehidupan sehari-hari peserta didik, baik di lingkungan madrasah maupun di rumah. Ungkapan penggunaan kata yang komunikatif di sini kurang tepat karena kata komunikatif hanya berkaitan dengan konteks dan bukan, sekadar kosakata. Di samping itu, jumlah kosakata sesuai rincian per kelas hanya 278 kosakata. Dengan demikian, dalam KTSP terdapat ketidaksinkronan antara jumlah dan rincian per kelas.
Kedua, Dalam semua tingkatan pendidikan tersebut, tema tentang kegiatan sehari-hari selalu disebutkan sehingga kemungkinan besar akan terjadi tumpang tindih penggunaan kosakata. Sejumlah kosa-kata yang diajarkan di MI akan terulang di MTs dan MA tanpa adanya penambahan kosakata baru atau tambahan kosakata baru sangat minim. Dengan demikian, target perolehan sejumlah kosakata yang perlu dikuasai siswa tidak akan tercapai.
Ketiga, belum ada kejelasan tentang kosakata yang ditargetkan untuk dikuasai siswa. Apakah jumlah kosakata itu mencakup isim, fi il, huruf atau hanya isim dan fi il yang dihitung. Demikian juga isytiqaq (derivasi), apakah semua kata yang berasal dari akar yang sama dihitung satu kosakata atau tidak.
Jadi, seakan tumpang tindih dan adanya pengulangan tema yang dipakai. Ini bisa mengindikasikan tiga hal. Pertama, memang sengaja disusun sebagai penguatan. Kedua, sebagai pendalaman. Ketiga, bisa jadi karena penyusunnya menilai bahwa penguasaan materi hanya berkisar itu saja.
B.   Kurikulum Bahasa Arab
Keberhasilan suatu pengajaran bahasa ditentukan oleh kebaikan dan kemantapan Proses Belajar Mengajar (PBM). Sementara, PBM sendiri memiliki beberapa faktor penentu keberhassilan yang salah satunya ialah kurikulum.[10]  Seperti yang diketahui bahwa ini sama dengan proses pemerolehan bahasa (pembelajaran bahasa) yang tentunya agak berbeda penanganannya.
Kurikulum bahasa pada dasarnya merupakan suatu fungsi dari berbagai hubungan yang terjalin anatra keprihatinan-keprihatinan tokoh tertentu dan faktor-faktor lainnya yang terlibat dalam persoalan-persoalan sosio-politis dan filosofis, sistem-sistem nilai pendidikan, teori dan praktik dalam rancang bangun kurikulum, kearifan pengalaman para pengajar dan motivasi para pembelajar. Untuk memahami kurikulum bahasa dalam setiap konteks tertentu, maka kita perlu berupaya memahami bagaimana semua pengaruh yang beraneka ragam itu saling berkaitan untuk memberikan suatu bentuk tertentu bagi perencanaan dan pelaksanaan proses pengajaran/pembelajaran.[11]
Rancang bangun kurikulum bahasa dititikberatkan pada ketiga sistem nilai tersebut, yaitu:[12]
a.       Rancang bangun kurikulum bahasa dari segi humanistme klasik,
b.      Rancang bangun kurikulum bahasa dari segi rekonstruksionisme, dan
c.       Rancang bangun kurikulum bahasa dari segi progresivisme.
Humansime klasik berorientasi pada ilmu pengetahuan dan sangat menaruh perhatian pada pemajuan dan peningkatan nilai-nilai dan kultural. Rekonstruksionisme dalam pembelajaran bahasa asing, penekanan dititikberatkan  pada promosi atau peningkatkan kemampuan berkomunikasi, dan dengan demikian diperoleh suatu pengertian yang lebih baik dan kesatuan di antara-antara kelompok-kelompok dan bangsa-bangsa. Sementara progresivisme memandang para pembelajar dilihat sebagai peserta/partisipan aktif, dan peranan pengajar adalah sebagai pembimbing atau pemberi kemudahan.
Memang hampir sama, karena pelaksanaan kurikulum bahasa juga ditinjau metode, evaluasi, materi, media, dan juga tujuan. Akan tetapi ada beberapa hal yang perlu diperhatikan. Misalnya kapan mengutamakan struktur, kosa kata, atau konteks.
C.     Analisis Kurikulum Bahasa MI dan MTS berdasarkan KTSP
Kurikulum dapat mencakup lingkup yang sangat luas, yaitu sebagai program pengajaran pada suatu jenjang pendidikan, dan dapat pula menyangkut lingkup yang sempit, seperti program pengajaran suatu mata pelajaran untuk beberapa jam pelajaran.[13] Kurikulum diumpamakan suatu organisme manusia yang memiliki sususan anatomi tertentu. Komponen-komponen dari kurikulum yag utama adalah: tujuan, isi atau materi, metode, media, dan evaluasi. Setiap komponen kurikulum tersebut, saling berkaitan.[14]
Kurikulum ditinjau dari asal katanya berasal dari bahasa Yunani yang mula-mula digunakan dalam bidang olahraga, yaitu kata currere, yang berarti jarak atau tempuh lari. Dalam kegiatan berlari tentu saja ada jarak yang harus ditempuh mulai dari start sampai dengan finish. Jarak dari star sampai ke finish inilah yang disebut currere.[15]
Pendapat lain mengatakan bahwa dalam kosa kata Arab, istilah kurikulum dikenal dengan kata manhaj yang berarti jalan terang yang dilalui oleh manusia pada berbagai kehidupannnya.[16]
Dalam proses pendidikan, kurikulum merupakan alat untuk mencapai tujuan pendidikan. Tanpa kurikulum yang sesuai dan tepat maka akn sulit untuk mencapai tujuan dan sasaran pendidikan yang diinginkan. Selain itu, kurikulum juga harus bisa memberikan arahan keahlian kepada peserta didik setelah menyelesaikan suatu program pengajaran. Oleh karena itu, wajar bila kurikulum selalu berubah dan berkembang sesuai dengan kemajuan zaman, ilmu pengetahuan dan ilmu teknologi.
Kurikulum dapat mencakup lingkup yang sangat luas, yaitu sebagai program pengajaran pada suatu jenjang pendidikan, dan dapat pula menyangkut lingkup yang sempit, seperti program pengajaran suatu mata pelajaran untuk beberapa jam pelajaran.[17] Kurikulum diumpamakan suatu organisme manusia yang memiliki sususan anatomi tertentu. Komponen-komponen dari kurikulum yag utama adalah: tujuan, isi atau materi, metode, media, dan evaluasi. Setiap komponenkurikulum tersebut, saling berkaitan.[18]
Mengenai kurikulum bahasa, selain harus memperhatikan faktor-faktor kependidikan pada umumnya, juga ada faktor linguistik di dalamnya. Oleh karenanya, kurikulum bahasa ini dikatakan sebagai kurikulum spesialis yang spesifik dalam bidang pembelajaran bahasa. Dengan demikian, kurikulum bahasa sedikit banyak ada perbedaan dari kurikulum pada umumnya.
Senada dengan hal tersebut, kurikulum bahasa Arab seharusnya juga berdasarkan pada pertimbangan ilmu kependidikan sekaligus juga ilmu kebahasaan bahasa Arab yang melibatkan struktur gramatika bahasa Arab (nahwu dan sharaf). Selain itu, dalam pendidikan bahasa juga tidak dapat terlepas dari keterampilan-keterampilan berbahasa yang meliputi menyimak, berbicara, menulis, membaca.
Namun jika melihat penyusunan dan pengembangan kurikulum bahasa Arab dalam KTSP, akan nampak ketidasesuaian antara idealnya kurikulum bahasa dan kurikulum bahasa Arab yang diterapkan dalam KTSP. Dalam KTSP, materi bahasa Arab -baik di jenjang MI maupun Tsaanawiyyah- justru diintregasikan dengan PAI. Hal ini akan mengurangi komposisi bahasa Arab itu sendiri dalam pembelajaran, baik dari isimaterinya maupun jumlah alokasi waktu pengajarannya. Sehingga karenanya, bahasa Arab di anggap sebagai materi pelengkap yang tidak diindahkan oleh kebanyakan peserta didik.
Sedangkan dari isi atau bobot materi yang disajikan, materi bahasa sangat minim dalam menyajikan kosa kata baru. Hal ini akan lebih terasa jika melihat materi bahasa Arab untuk jentang Tsanawiyyah. Seringkali kosakata yang disajikan adalah kosakata yang sudah diajarkan di madrasah Ibtida’iyah, sehingga siswa tidak mendapat tambahan kosakata baru akan memperkaya kosakatanya. Ini merupakan hal yang cukup memprihatinkan karena belajar bahasa tanpa wawasan kosakata yang cukup tidak akan berjalan secara optimal.
Selain kasus minimnya kosakata baru, materi bahasa Arab dalam KTSP juga kurang dalam memperhatikan struktur. Ini terlihat nyata saat siswa ditugaskan untuk menyusun suatu kalimat dalam bahasa Arab dengan struktur yang benar. Mayoritas siswa akan menyusun kalimat dengan sekdar menjajarkan kosakata tanpa memperhatikan struktur gramatikanya.
Tak hanya itu, dalam proses pembelajarnnya KTSP lebih menitik beratkan pada pemahaman siswa dan kurang dalam parkteknya. Pembelajarannya lebih berfokus pada aspek kognisinya dan kurang memperhatikan aspek afeksi maupun psikomotornya. Padahal bahasa itu bukan hanya tentang pemahaman tetapi bagaimana penggunaannya dalam kehidupan sehari-hari yang dengannya menuntut untuk lebih memperbanyak praktek daripada teori.
Di samping itu semua, hal yang tak kalah penting untuk diberi catatan tentang kurikulum bahasa Arab dalam KTSP ialah penentuan Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD). Terkadang SK dan KD yang dimuat dalam buku ajar bahasa Arab tidak sesuai dengan karakteristik materi. Apalagi dalam pembelajaran bahasa juga terdapat beberapa kemahiran bahasa yang harus dicapai oleh siswa. Hal ini yang sering dilupakan dalam penentuan SK dan KD.
Sebagai saran, sebaiknya penyusunan kurikulum bahasa Arab dikotomikan menjadi materi pelajaran yang mandiri, karena karakteristik bahasa Arab sama sekali berbeda dengan meteri PAI. Dengan demikian, penyajian materi dan penentuan standar baik SKL maupun KKM nya dibedakan. Oleh karenanya, diharapkan disusun oleh pakar atau praktisi pendidikan bahasa Arab.










           
BAB III
PENUTUP
D.     Kesimpulan
Dari penjelasan materi di atas, dapat disimpulkan tiga poin sebagai berikut:
1.      Kurikulum KTSP merupakan suatu kurikulum yang didisain khusus untuk mengembangkan potensi yang dimiliki oleh siswa yang disesuaikan dengan kebutuhan serta perkembangan teknologi. Model pembelajaran yang dipakai sudah lumayan modern di mana sudah diorientasikan kepada bagaimana suasana belajar dapat berlangsung nyaman, efektif, dan menyenangkan. Setiap satuan pendidikan diberikan kebebasan untuk mengembangkan kurikulum yang muncul pada tahun 2006 ini.
2.      Kurikulum bahasa hampir sama dengan kurikulum umum (konvensional) akan tetapi juga memperhatikan pada kondisi sosio kultural dan tingkatan pemerolehan peserta didiknya. Jadi dalam perancangannya harus ada spesifikasi khususnya.
3.      Setelah dianalisis, perlu adanya perbaikan kurikulum bahasa Arab di tingkat MI dan MTS baik dalam ranah metode, evaluasi, media, materi, dan tujuannya.








Daftar Pustaka
Departemen Agama RI. 2004. Kurikulum 2004: Standar Kompetensi Madrasah Ibtidaiyah, Jakarta: Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam.
Departemen Agama RI. 2004. Kurikulum 2004: Standar Kompetensi Madrasah Tsanawiyah. Jakarta: Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam.
Khaeruddin dkk., 2007. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP): Konsep Dan Implementasinya Di Madrasah.Pilar media.
Mulyasa, Eco. 2010. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan: Sebuah Panduan Praktis.Cet. VII.Bandung: Remaja Rosdakarya.
Muslich, Mansur. 2007. KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan): Dasar Pemahaman Dan Pengemabangan. Jakarta: Bumi Aksara.
Sukmadinata, Nana Syaodih. 2010. Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek, .Bandung:PT REMAJA ROSDAKARYA.
Tarigan, Henry Guntur. 2009.  Dasar-Dasar Kurikulum Bahasa, Edisi Revisi, Bandung: Angkasa.
Umi Hijriyah, Analisis Kurikulum, Penyelarasan Materi, Dan Mode Rpp Bahasa Arab Untuk Pendidikan Dasar Dan Menengah (Madrsah  Ibtidaiyah, Madrasah Tsanawiyah, Dan Madrasah Aliyah. Pdf. Hlm3.




[1] E. Mulyasa, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan: Seuah Panduan Praktis, Cet. VII, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2010), hlm. 8.
[2] Ibid, hlm. 8-9.
[3] Mansur Muslich, KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan): Dasar Pemahaman Dan Pengemabangan, Jakarta: Bumi Aksara, 2007), hlm. 11-12.
[4] Ibid, hlm. 13
[5] Khaeruddin dkk., Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP): Konsep Dan Implementasinya Di Madrsah, (Pilar media, 2007), hlm. 197-200.
[6] Ibid, hlm. 208.
[7] Departemen Agama RI, Kurikulum 2004: Standar Kompetensi Madrasah Ibtidaiyah, Jakarta: Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam, 2004), hlm 142-143.
[8] Departemen Agama RI, Kurikulum 2004: Standar Kompetensi Madrasah Tsanawiyah, (Jakarta: Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam, 2004), hlm. 125.
[9] Umi Hijriyah, analisis kurikulum, penyelarasan materi, dan mode rpp bahasa arab untuk pendidikan dasar dan menengah (madrsah  ibtidaiyah, madrasah tsanawiyah, dan madrasah aliyah. Pdf. Hkm3.
[10] Henry guntur tarigan, dasar-dasar kurikulum bahasa, edisi revisi, (bandung: Angkasa, 2009), hlm. 3.
[11]Ibid, hlm. 115.
[12] Ibid.
[13] Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek, (Bandung:PT REMAJA ROSDAKARYA,2010),HAL.102.
[14] Khaeruddin dkk, Kurikulum....hal.29.
[15] Khaeruddin dkk, Kurikulum ….hal.23.
[16] ibid
[17] Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek, (Bandung:PT REMAJA ROSDAKARYA,2010),HAL.102.
[18] Khaeruddin dkk, Kurikulum....hal.29.

No comments:

Post a Comment