BAB I
PENDAHULUAN
1.
Latar Belakang
Latar belakang
munculnya rasionalisme adalah keinginan untuk membebaskan diri dari segala
pemikiran tradisional (skolostik) yang pernah diterima,tetapi ternyata tidak
mampu menangani hasil-hasil ilmu pengetahuan yang dihadapi. Apa yang ditanam
Aristoteles dalam pemikiran saat itu juga masih dipengaruhi oleh
khayalan-khayalan. Descartes menginginkan cara yang baru dalam berpikir, maka
diperlukan titik tolak pemikiran pasti yang dapat ditemukan dalam
keragu-raguan.
Aliran
nasionalisme adalah paham filsafat yang mengatakan bahwa akal (reason) adalah alat
terpenting untuk memperoleh pengetahuan. Menurut aliran ini suatu pengetahuan
diperoleh dengan cara berfikir. Aliran ini juga mempunyai pandangan atau
berpegang pada prinsip bahwa akal harus diberi peranan utama dalam penjelasan. Akal
budi (rasio) sebagai sumber pengetahuan mendahului atau unggul atas dan bebas
terlepas dari pengamatan indrawi.
2.
Rumusan Masalah
1.
Apakah yang dimaksud dengan Rasionalisme?
2.
Apakah Macam –macam Aliran Rasonalisme?
3.
Siapakah tokoh-tokoh Aliran Rasionalisme?
4.
Tujuan Penulisan
Makalah ini dibuat bertujuan untuk mengetahui pengetahui pengertian
Rasionalisme dan
peran Rasionalisme sebagai pengetahuan deduktif.
BAB II
PEMBAHASAN
1.
Pengertian Rasionalisme
Secara etimologi rasionalisme berasal dari kata bahasa inggris
rasionalism. Kata ini berasal dari kata bahasa latin ratio yang berarti “akal”.
A.R. leacey7 menambahkan bahwa berdasarkan akar katanya rasionalisme adalah
paham filsafat yang mengatakan bahwa akal (raeson) adalah alat terpenting dalam
memperoleh dan mengetes pengetahuan. Jika empirisme mengatakan bahwa
pengetahuan diperoleh dengan alam menglami objek empiris, maka rasionalisme
mengajarkan bahwa pengetahuan diperoleh dengan cara berfikir. Alat dalam
kaidah-kaidah logis atau kaidah-kaidah logika.[1]
Tidaklah mudah
untuk membuat definisi tentang rasionalisme sebagai suatu metode memperoleh
pengetahuan. Rasionalisme pendirian bahwa sumber pengetahuan terletak pada
akal. Bukan karena rasionalisme mengingkari nilai pengalaman, melainkan
pengalaman paling-paling dipandang sebagai sejenis perangsang bagi pikiran.
Para penganut rasionalisme yakin bahwa kebenaran dan kesesatan terletak didalam
ide kita, dan bukannya didalam diri kurang sesuatu. Jika kebenaran bermakna sebagai
mempunyai ide yang sesuai dengan aytau yang menunjukkan kepada kenyataan, maka
kebenaran hanya dapat ada didalam pikiran kita dan hanya dapat di peroleh
dengan akal budi saja.[2]
2.
Macam-macam Aliran Rasionalisme
Dalam aliran rasionalisme
ada dua macam bidang, yaitu:
a.
Bidang agama
Dalam bidang agama rasionalisme adalah lawan
autoritas, dan biasanya digunakan
untuk mengkritik ajaran agama.
b.
Bidang filsafat
Sementara dalam bidang filsafat rasionalisme adalah lawan empirisme
dan terutama berguna sebagai teori pengetahuan. Sebagai lawan empirisme,
rasionalisme berpendapat bahwa sebagian dan bagian penting pengetahuan datang
dari penemuan akal. [3]
3.
Tokoh-tokoh dalam Rasionalisme
a. Rene Descartes (1596-1650)
Rasionalisme
dipelopori oleh Rene Descartes (1596-1650) yang disebut Bapak filsafat medern.
Ia mengatakan, bahwa ilmu pengetahuan harus satu, tanpa bandingannya, harus
disusun oleh satu orang,sebagai bangunan yang berdiri sendiri menurut atu
metode yang umum. Beliau berpendapat sumber pengetahuan yang dapat dipercaya
adalah akal. Descartes ingin mencapai kepastian. Jika orang ragu-ragu, tampklah
ia berfikir, sehingga ia akan tampak dengan segera adanya sebab dari proses
berfikir tersebut. Oleh karena itu ,dari metode keraguan ini, muncullah
kepastian tentang eksistensi dirinya.Itulah yang kemudian dirumuskan dengan “cogito
ergo sum” (karena saya berfikir maka saya ada).[4]
Descartes,
Bapak rasionalisme kontinental, berusaha menemukan suatu kebenaran yang tidak
dapat diragukan yang darinya dengan memakai metode deduktif dapat disimpulkan
semua pengetahuan kita. Ia yakin bahwa kebenaran-kenaran semacam itu ada dan
bahwa kebenaran-kebenarn tersebut dikenal dengan cahaya yang terang dan akal
budi sebagai hal-hal yang diragukan.
Secara demikian
akal budi dipahamkan sebagai berikut:
a.
Sejenis perantara khusus yang dengan perantara tersebut dapat
dikenal kebanaran dan lain
sebagainya.
b.
Suatu teknik deduktif yang dengan memakai teknik tersebut dapat
ditemukan kebenaran-kebenaran artinya, dengan melakukan penalaran.
Dengan
memberikan tekanan pada metode deduktif ini, seorang penganut rasionalisme
tentu mengakui bahwa kebenaran-kebenaran yang dikandung oleh
kesimpulan-kesimpulan yang diperoleh sama banyaknya dengan kebenaran-kebenaran
yang dikandung oleh premis- premis yang mengakibatkan kesimpulan-kesimpulan
tersebut. Karena itu jika kita menginginkan agar kesimpulan-kesimpulan itu
berupa pengetahuan, maka prmis-premis haruslah benar secara mutlak. Demikianlah
seorang pengikut rasionalisme mempunyai suatu cara untuk memperoleh
kebenaran-kebenaran yang harus dikenalkannya, bahkan sebelum adanya pengalaman.
Bagi descartes, kebenaran-kebenaran apriori ini dikenal oleh suatu sifatnya
yang terang dan tegas.
Dapatlah
dikatakan, bagi seorang penganut rasionalisme, pengetahuan diperoleh melalui
kegiatan akal pikiran atau akal budi ketika akal menangkap berbagai hal yang
dihadapinya pada masa hidup seseorang. Selain itu dalam hal ini tidak ada
penyimpulan yang begitu saja terjadi mengenai kedudukan ontologis dari sesuatu
yang diketahui. Seperti halnya pengalaman, orang mengatakan bahwa apa yang di
alami tentu mempunyai hakikat yang sedemikian rupa sehingga dapat merangsang
alat indrawi. Begitu pula halnya dengan akal, terdapat ketentuan bahwa apa yang
diketahui pasti dalam hal tertentu. Memepunyai hakekat yang sedemikian rupa
sehinggha dapat diketahui oleh akal.
b.Spinoza
(1632-1677 M)
Spinoza
dilahirkan pada tahun 1632 dan meninggal dunia pada tahun 1677 M. Barangkali spinoza-lah orang yang paling baik
dalam memberikan gambaran tentang apa yang dipikirkan oleh orang yang menganut
rasionalisme. Ia berusaha menyusun suatu sistem filsafat yang menyerupai sistem
ilmu ukur. Seperti halnya orang-orang yunani, spinoza mengatakan bahwa
dalil-dalil ilmu ukur merupakan kebenaran-kebenaran yang tidak perlu dibuktikan
lagi. Artinya, spinoza yakin bahwa jika seseorang memehami makna yang dikandung
oleh pernyataan “suatu garis lurus merupakan jarak terdekat diantara dua buah
titik.” Maka kita mau tidak mau menakui kebenaran pernyataan tersebut.
Menurut
Spinoza, tidak perlu ada bahan-bahan bukti yang lain kecuali makna yang lain
kecuali makna yang di kandung oleh kata-kata yang dipergunakan. Spinoza
menetapkan definisi-definisi tentang berbagai istilah seperti subtansi dan dan
sebab bagi dirinya sendiri, dan sebagainya, dan juga berbagai dalil yang semua
itu, dipandang sebagai kebenaran-kebenaran yang tidak perlu dibuktikan lagi,
dan dari kebenaran-kebenaran tersebut, ia berusaha menyimpulkan kebenaran yang
lain mengenai kenyataan,Tuhan, manusia dan kebaikan.[5]
BAB
III
PENUTUP
1.
Kesimpulan
Rasionalisme adalah paham filsafat yang mengatakan bahwa akal
(reason) adalah alat terpenting dalam memperoleh dan mengetes pengetahuan. Di
dalam aliran rasionalisme ada dua bidang agama dan filsafat. Dalam bidang agama
rasionalisme adalah lawan autoritas, dan biasanya digunakan untuk mengkritik
ajaran agama. Sementara dalam bidang filsafat rasionalisme adalah lawan
empirisme dan terutama berguna bagi teori kehidupan.
Yang melatar belakangi munculnya aliran rasionalisme adalah
keinginan untuk membebaskan diri dari segala pemikiran tradisional yang pernah
diterima, tetapi ternyata tidak mampu menangani hasil-hasil ilmu yang dihadapi.
Dengan memberikan tekanan pada pengetahuan deduktif seorang
penganut rasionalisme tentu mengakui bahwa kebenaran-kebenaran yang dikandung
oleh kesimpulan-kesimpulan yang diperoleh sama banyaknya dengan
kebenaran-kebenaran yang dikandung dalam premis-premis yang mengakibatkan
kesimpulan-kesimpulan tersebut.
Seorang penganut rasionalisme,pengetahuan diperoleh melalui
kegiatan akal pikiran atau akal budi ketika akal menanggapi berbagai hal yang
dihadapinya pada masa hidup seseorang.
2.
Saran
Penulis sangat
menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih belum sempurna. Penulis
sangat membutuhkan kritik dan saran yang sifatnya membangun. Untuk kesempurnaan
makalah ini, dengan meningkatnya wawasan dalam pengetahuan kita tentang filsafat
umum khususnys rasionalisme.
DAFTAR PUSTAKA
KATTOSFF, Louis O.2004.,Pengantar Filsafat .Banteng:
Tiara wacana yogya.
Muzairi.M.Ag. 2009. Filsafat Umum.Yogyakarta:
Teras,
https://atibilombok.blogspot.co,id/2014/07/makalah-filsafat-pengertian.html?m=1. Diakses pada tanggal 15 Oktober 2017
No comments:
Post a Comment