MUHKAM DAN MUTASYABIH
Di susun guna untuk memenuhi tugas kuliah
Mata kuliah: Ulumul Quran
Dosen pengampu: Sri Naharin,MSI
Di susun oleh:
Muhammad Ajib (17.3.31.00268)
Abdul ghofur (17.22.00207)
FAKULTAS SYARI’AH DAN DAKWAH
( PROGAM STUDI MANAJEMEN ZAKAT WAKAF DAN
PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM )
INSTITUT PESANTREN MATHALI’UL FALAH
Tahun Akademik 2017/2018
BAB I
PENDAHULUAN
- Latar Belakang
Al-quran
diturunkan oleh Allah SWT kepada manusia untuk menjadi pedomanhidup dalam mengemban
tugas sebagai kholifah di bumi. Di dalamnya diterangkan tata cara secara global
mengenai permasalahan-permasalahandunia dan akhirat, tata cara tersebut di
ungkapkan Allah melalui Ayat-ayatNya yang Muhkam dan Mutasyabbih.
Ayat
Muhkam merupakan Ayat Allah yuang artinya cukup jelas untuk di fahami oleh
menusia. Tidak membutuhkan penalaran husus untuk memahami isi yang ada
didalamnya, sedahkan ayat Allah yang mutasyabih, merupakan ayat Allah SWT yang
membutuhkan prnalaran husus untuk memahami isi yang tersirat didalamnya.
Tentang
Ayaat-ayat muhkam dan mutasyabih, untuk lebih jelasnya akan kami uraikan
didalam makalah ini.
- Rumusan Masalah
1.
Apa Pengertian Muhkam Dan Mutasyabbih
2.
Apa sebab-sebab adanya ayat Muhkam dan
Mutasyabbih
3.
Apa ciri-ciri Ayat Muhkam dan Mutasyabbih
- Tujuan
1.
Untuk mengetahi pengertian Muhkam dan
Mutasyabbih
2.
Untuk mengetahui sebab-sebab addanya ayat
Muhkam dan Mutasyabbih
3.
Untuk mengetahui ciri-ciri ayat Muhkam dan
Mutasyabbih
BAB
II
PEMBAHASAN
- Pengrtian Muhkam Dan Mutasyabbih
1)
Pandangan Umum
Menurut
bahasa Muhkam berasal dari kata-kata حكمت الدابة واحكمت yang artinya saya menahan binatangh itu.kata al-hukm berarti
memutuskan antara dua hal atau perkara.
Muhkam berarti (sesuatu) yangh yang di kokohkan, ihkam al-kalam merarti
mengokohkan perkataan dengan memisahkan berita yang benar dari yang salah, dan
urusan yang lurus dari yang sesat.
Dengan
pengertian inilah Allah mensifati qur’an bahwa seluruhnya adalah muhkam
sebagaimana firman-Nya: (كتاب أحكمت أياته ثم فصلت من لدن حكيم خبير
(هود:1
“
(inilah) sebuah kitab yang ayat-ayatnya di muhkamkan, di kokohkan serta di
jelaskan secara rinci”. Inilah yang dimaksud Muhkam secara umum.
Mutasyabbih
menurut bahasa berarti tasyabuh, yakni bila salah satu dari dua hal serupa
dengan yang lain. Dan syubhah ialah keadaan dimana salah satu dari dua hal itu
tidak dapat dibedakan dari yang lain karena adanya kemiripan diantara keduanya
secara konkrit maupun abstrak, Allah berfirman: وأتوابه متشابها (al-baqarah [2]: 25) maksudnya, sebagian buah-buahan surga itu
serupa dengan sebagian yang lain dalam hal warna, tidak dalam hal rasa dan
hakikat. Dengan pengertian inilah Allah menafsiri qur’an bahwa seluruhnya
adalah Mutasyabih. Sebagaimana ditrgaskan dalam ayat: الله نزل احسن الحديث كتابا متشابها مثانى (az-zumar [39]:32).
Dengan demikian, maka quran itu seluruhnya mutasyabih’ maksudnya qur’an itu
sebagian kandungannya serupa dengan sebagian yang lain dalam kesempurnaan dan
keindahannya., dan sebagiannya membenarkan sebagian yang lain serta pula maknanya.
Inilah yang dimaksud mutasyabih secara umum.[1]
2)
Pandangan husus
Di dalam qur’qn
terdapat ayat-ayat muhkam dan mutasyabih dalam arti husus, sebagaimana firman
Allah:
هوالذى انزل
عليك الكتاب منه أيات محكمات هن أم الكتاب وأخر متشابهات.......الاية
“dialah yang
menurunkan al-kitab (quran) kepadamu. Di antara isinya ada ayat muhkamat,
itulah pokok-pokok isi Al-quran, dan ada yang mutasyabihat.” (Ali imran:7)
Ada pengartian
yang di kemukakan oleh ulama’ tafsir mengenai muhkam dan mutasyabih.
1.
Menurut As-suyuti Muhkam adalah sesuatu yang
jelas sedangkan mutasyabih sebaliknbya.
2.
Menurut Imam Ar-razi Muhkam adalah ayat-ayat
yang kuat baik maksud maupun lafaznya, sedangkan mutasyabih adalah ayat-ayat
yang lemah, masih berszifat mujmal, memerlukan ta’wil, dan sulit difahami.
3.
Menurut Manna’ Al-qatthan muhkam adalah ayat yang maksudnya ddapat diketahui
secara langsung tanpa memerlukan lain, sedangkan mutasyabih tidak seperti itu,
ia memerlukan penjelasan dengan menunjuk ayat yang lain.
Dari
pendapat-pendapat tentang ayat-ayat al-qur’an yang muhkamat dan muntasyabihat
di atas, dapat disimpulkan bahwa ayat muhkamat adalah ayat yang sudah jelas,
baik lafad maupun maksudnya sehingga tidak menimbulkan keraguan dan kekeliruan
bagi orang yang memahaminya. Lain halnya dengan ayat-ayat mutasyabihat.
Ayat-ayat mutasyabihat ini merupakan kumpulan ayat-ayat yang terdapat dalam
al-qur’an yang masih belum jelas maksudnya, hal itu dikarenakan bersifat mujmal
dia membutuhkan rincian lebih dalam. Sehingga karena sifatnya ini seseorang
dapat mengetahui maknanya setelah melakukan pentakwilan.
- Sebab-Sebab Adanya Ayat Muhkam Dan Mutasyabbih
Dikalangan
‘ulama tafsir terdapat perbedaan pendapat mengenai ayat-ayat mutasyabihat.
Apakah ayat itu dapat diketahui artinya atau takwilnya atau tidak, kemudian
mengenai perbedaan apakah manusia berhak mengetahui maksud yang tersembunyi itu
atau hanya Allah yang tahu. Perbedaan pendapat dikalangan ‘ulama pada intinya
berawal dari pemahaman ayat 7 surah Ali Imran.
هوالذى
أنزل عليك الكتاب منه ايات محكمات هن أم الكتاب وأخر متشابهات فأمالذين في قلوبهم
زيغ فيتبعون ما تشابه منه ابتغأالفتنة وابتغأتأويله ومايعلم تأويله إلا الله
والرسخون في العلم يقولون أمنابه كل من عند ربنا وما يذكر إلا ألوالأالباب
“Dia-lah yang menurunkan al kitab (al qur’an) kepada kamu.
Diantara isinya ada ayat-ayat yang muhkamat, itulah pokok-pokok isi al qur’an
dan yang lain mutasyabihat. Adapun orang-orang yang hatinya condong kepada
kesesatan, maka mereka mengikuti sebagian ayat-ayat yang mutasyabbih untuk
menimbulkan fitnah dan untuk mencari takwilnya. Padahal tidak ada yang
mengetahui takwilnya melainkan Allah. Dan orang-orang yang mendalam ilmunya
berkata: “kami beriman kepada ayat-ayat yang mutasyabihat semua itu dari sisi
Tuhan kami”. Dan tidak dapat mengambil pelajaran melainkam orang-orang yang
berakal”.
Dari
ayat diatas, para ‘ulama berbeda pendapat yang berawal dari lafad والرسخون فى العلم Permasalahannya apakah
lafad itu diathofkan dengan lafad الله atau lafad فى العم والرسخون itu merupakan mubtada.
Menurut
Ibnu abbas dan mujahid (dari kalangan sahabat) berpendapat bahwa manusia dapat
mengetahui arti dan takwil ayat-ayat mutasyabihat. Mereka ini beralasan lafad الرسخون diathofkan kepada lafad الله menurut mereka jika hanya
Allah yang mengetahui dan melimpahkan kepada manusia yang mendalami ilmuNya
tentang ayat-ayat mutasyabihat baik tentang pengertian maupun takwil berarti mereka sama saja dengan orang awam. Pendapat ini
didukung pula oleh Hasan al asy’ari. Melihat pendapat ini, penulis berpendapat
bahwa alasan mereka sangat logis sebab jika hanya Allah yang
mengetahui maksudnya ayat-ayat mutasyabihat dalam al qur’an, tentu saja al
qur’an itu akan kering maknanya serta tidak menjadi rahmat bagi alam semesta.
Walaupun
ada ‘ulama yang mengatakan demikian, namun menurut sebagian besar ‘ulama
berpendapat bahwa ayat-ayat itu tidak dapat diketahui seorang pun kecuali
Allah. Menurut ‘ulama ini kita sebagai ciptaan Allah tidak perlu mencari-cari
takwil tentang ayat-ayat tersebut tetapi kita harus menyerahkan persoalannya
kepada Allah semata.
Dari
2 pendapat yang kontradiksi diatas, ada lagi ‘ulama yang berpendapat lain.
Dalam hal ini ar roghib al as fahani dia mengambil jalan tengah dari kedua
pendapat diatas.
1.
Ayat yang sekali tidak diketahui hakikatnya
oleh manusia seperti waktu tibanya hari kiamat:
2.
Ayat yang dapat diketahui oleh manusia dengan
menggunakan berbagai sarana terutama kemampuan akal pikiran.
3.
Ayat yang khusus hanya dapat diketahui maknanya
oleh orang-orang yang ilmunya dalam dan tidak dapat diketahui oleh orang-orang
selain mereka.
Demikianlah
pokok-pokok yang merupakan pembahasan mufassirin di dalam menafsirkan ayat-ayat
mutasyabihat. Sedangkan ayat-ayat mutasyabihat tentang sifat-sifat Allah
terdapat lagi perbedaan di kalangan ‘ulama.
Pertama madzhab
salaf mengimani sifat-sifat mutasyabbih dan menyerahkan maknanya kepada Allah.
Pendapat ini didasari oleh ayat 5 surat toha: الرحمن على العرش استوى “yaitu Tuhan yang maha pemurah yang bersemayam di atas arasy”.
Kedua madzhab
kholaf menyikapi sifat-sifat mutasyabbih Allah, dengan menetapkan makna-makna
bagi lafad-lafad yang menuntut lahirnya mustahil bagi Allah, dengan pengertian
yang layak bagi dzat Allah, golongan ini dinamakan juga dengan golongan
muawwilah (madzhab takwil).
Dari kedua
pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa kaum salaf mensucikan Allah dari
makna lahir lafad dan menyerahkan hakikat maknanya kepada Allah, lain halnya
dengan kaum khalaf mereka mengartikan bahwa kata istilah dengan maha berkuasa
Allah dalam menciptakan segala sesuatu tanpa susah.[2]
- Ciri-Ciri Muhkam Dan Mutasyabbih
Ayat-ayat
yang Muhkam maksudnya jelas dan terang maknanya, para ulama’
memberikan contoh Ayat-ayat muhkam dalam Al-quran tentang Ayat-ayat
halal,haram, hudud (hukuman) kewajiban janji dan ancaman.[3]
Ayat-
ayat mutasyabbih dapat dikategorikan kepada 3 bagian yaitu dari segi lafad,
dari segi makna, dari segi kombinasi keduanya.
1.
Mutasyabbih dari segi lafad
Yang
dikembalikan kepada lafad yang tunggal
yang sulit pemaknaannya, seperti الأب dan يزفون. Dan
yang dilihat dari segi gandanya lafad itu dalam pemaknaanya seperti lafad اليد dan العين
2.
Mutasyabih dari segi maknanya
Mutasyabih ini
adalah menyangkut sifat-sifat Allah, sifat hari kiamat, semua sifat yang
demikian tidak dapat di gambarkansecara konkrit karena kejadiannya belum pernah
di alami oleh siapapun.
Qs.Ar-roman
Ayat 27: ويبقى وجه ربك
ذوالجلال والأكرام
Artinya:” dan
tetap kekal wajah Tuhanmu”
3.
Mutasyabih dari segi lafaz dan maknanya
Mutsyabih dari
segi ini, menurut As-suyuti Ada 5 macam:
a)
Mutasyabih dari segi kadarnya, seperti lafadz
yang umum dan husus اقتلو المشركين artinya : “perangilah orang-orang musyrik” (Qs Attaubah
5)
b)
Mutasyabih dari segi caranya, seperti perintah
wajib atau sunnah فانكحوا ماطاب
لكم من النسأ artinya “maka nikahilah perempuan (lain)
yang kamu senangi ” (Qs An-Nisa’. 3)
c)
Mutasyabih dari segi waktu, seperti nasakh dan
mansukh اتقوا الله حق تقاته artinya: “ bertaqwalah kepada Allah
sebenar-benar takwa kepadaNya” Qs Ali Imron 102
d)
Mutasyabih dari segi tempat dan suasana dimana
ayat itu diturunkan. والرسحون فى
العلم artinya “dan orang-orang yang mendalami
ilmunya”
e)
Mutasyabih dari segi syarat-syarat, sehingga
suatu amalan itu tergantung gengan ada atau tidaknya syaratsyarat yang dibutuhkan.
Misalnya ibadah dan nikah tidak dapat dilaksanakan jika didak cukup syaratnya.
Demikianlah
ciri-ciri ayat mutasyabih yang dapat kami jelaskan. Dari sini setidaknya kita
dapat memahami indikator-indikator ayat muhkam dan mutasyabih, seperti yang
tertulis diawal tadi.
BAB III
PENUTUB
- KESIMPULAN
Dari uraian
ayat-ayat muhkam dan mutasyabih di atas dapat dipahami bahwa ayat:
1.
Muhkam adalah ayat yang sudah jelas maksudnya
ketika kita membacanya, sedangkan ayat mutasyabbih perlu ditakwilkan, dan setelah
ditakwilkan barulah kita dapat memahami tentang maksud ayat-ayat itu.
2.
Ayat-ayat mutasyabbih adalah merupakan salah
satu kajian dalam ilmu al qur’an yang para ‘ulama menilainya dengan alasannya
masing-masing menjadi 2 macam yaitu pendapat salaf dan khalaf.
3.
Kita dapat mengatakan bahwa semua ayat al
qur’an itu muhkam jika maksud muhkam disana adalah kuat dan kokoh, tetapi kita
dapat pula mengatakan bahwa semua ayat itu adalah mutasyabbih jika maksud
mutasyabbih itu adalah kesamaan ayat-ayatnya.
- DAFTAR PUSTAKA
Abu Anwar,
Ulumul Quran, Jakarta: Amzah , 2005.
Manna’ Khalil
Al-Qattan, Studi Ilmu Quqan, Bogor: Litera AntarNusa.
No comments:
Post a Comment